Kamis, 27 Oktober 2011

Jago Main Saham

Bursa yang masih naik turun secara “liar” ini membuat semakin menarik untuk disimak. Peranan media yang terkadang memberikan berita sepotong-sepotong atau terkadang memberikan berita yang bagus-bagus saja memberikan pelajaran yang sangat bagus kepada investor dari sisi berfikiran positif. Akan tetapi pemberitaan seperti ini juga membuat banyak investor amatiran yang tiba-tiba merasa mengerti dan jago berinvestasi alias menjadi fenomena “Mendadak Jago” bermain saham versi 1. Hal ini cenderung mendidikan masyarakat untuk menjadi “pedagang” saham yang melakukan transaksi jual-beli aktif (trading), bukan menjadi investor sungguhan yang membeli saham di harga murah dan menahannya untuk jangka panjang.

Ada lagi yang saya sebut dengan “Mendadak Jago” versi 2. Ceritanya begini, Sebut saja namanya Andi (ini berdasarkan kisah nyata, nama hanya samaran) bekerja sebagai seorang manajer disebuah perusahaan telekomunikasi selama bertahun-tahun (ini juga samaran). Karena berpengalaman dan mengerti jenis usaha serta potensi usaha kedepannya maka Andi membeli saham perusahaan tempat dia bekerja dan 1 saham perusahaan telekomunikasi lainnya. Tebak apa yang terjadi? Sahamnya naik cukup tinggi dan memberikan keuntungan yang sangat besar atas investasinya.

Merasa bahwa investasinya berhasil dan memberikan hasil investasi yang cukup tinggi dan memuaskan Andi mulai berpikir untuk berinvestasi di saham-saham perusahaan diluar telekomunikasi. Toh dia bisa melakukan hal ini sendiri tanpa bantuan, Manajer Investasi, Broker Saham, Perencana Keuangan, Wealth Manager dan bankernya. Lalu dijual lah kepemilikan saham tersebut dan mulai membeli saham-saham perusahaan lain lapis kedua termasuk juga saham beberapa perusahaan yang baru akan ditawarkan ke publik (IPO) dengan harapan akan naik.

Karena kondisi ekonomi yang baik dan mendukung ternyata dewi fortuna masih melindungi Andi sehingga portfolio investasinya ikut naik. Diantara beberapa saham pilihannya ada satu perusahaan yang naik cukup tajam, memberikan hasil investasi yang sangat baik dan sudah pasti menarik perhatian Andi. Andi mulai berkonsentrasi terhadap saham-sahamnya dan berfikiran untuk memaksimalkan hasil investasinya dengan fokus pada satu saham tadi yang memberikan hasil investasi yang paling tinggi. Maka Andi mulai menjual seluruh saham kecuali 1 saham yang memberikan kenaikan cukup tajam tadi. Dapat dibayangkan apa yang terjadi kemudian? Risiko mulai menghantui strategi investasi ini. Tidak adanya diversifikasi dan serakah terhadap keuntungan saham yang besar sehingga konsentrasi hanya menempatkan dana di 1 saham tersebut membuat investasinya berisiko rugi ketika harga saham dan bursa tersebut berbalik arah dan terjun bebas. Dana yang ditempatkan pada satu saham tersebut akan ikut turun dan merugi.

Nah, contoh-contoh tersebut diatas mungkin sering dialami oleh banyak orang yang baru mulai belajar berinvestasi atau lebih tepatnya belajar bertransaksi trading saham. Oleh sebab itu sangat dianjurkan bagi pemula untuk mempelajari teknik berinvestasi dan bertransaksi saham dengan baik dan benar. Jangan hanya mengikuti hawa nafsu dan yang terpenting janganlah serakah. Karena dari serakahlah akan membuat kita merasa “mendadak jago” dan mengabaikan rambu-rambu berinvestasi dan bertransaksi saham dengan risiko yang terkelola dengan baik.


lihat juga :trizulhijah.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar